UNSUR – UNSUR HADIST


UNSUR – UNSUR HADIST



DISUSUN
OLEH KELOMPOK 7 :
NUR RAHMA   (19.1200.025)
YUNADI            (19.1200.022)



PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
       2019/2020


KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami  dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul . Unsur-unsur Hadist. Sholawat serta salam kami ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu membawa kabar gembira untuk kita semua dan semoga kita mendapatkan syafa’atnya dihari akhir nanti. Dan kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu pembuatan makalah ini khususnya Bapak H. Sudirman selaku dosen pengampuh kami.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.


Rabu, 29 April 2020







BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran, yang menjadi pedoman umat islam di dunia. Hadis merupakan penjelasan hukum yang terdapat dalam Al-Quran yang masih bersifat global maupun hukum yang belum ada di dalam Al-Quran.
Dari sisi periwayatannya hadis memang berbeda dengan Al-Quran. Semua periwayatan ayat-ayat  Al-Quran dipastikan berlangsung secara mutawatir, sedangkan hadis ada yang mutawatir dan ada juga yang ahad. Oleh karena itu, Al-Quran bila dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan sebagai qot’i al-wurud, sedangkan hadis dalam hal ini dikategorikan ahad, berkedudukan sebagai dzoni al-wurud.
Hadis adalah perkataan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat nabi Muhammad Saw. Didalam hadis terdapat tiga unsur yang tidak bisa dipisahkan, yaitu sanad, matan dan rawi. Shahih tidaknya hadis terdapat dalam matan  dan sanadnya. Sehubungan dengan tiga unsur tersebut kami akan memaparkan sanad, matan, dan rawi hadis.

Rumusan Masalah
Apa pengertian Sanad dan contohnya?
Apa pengertian Matan dan contohnya?
Apa pengertian Rawi dan contohnya?

Tujuan
Memahami pengertian sanad dan contohnya
Memahami matan dan contohnya
Memahami rawi dan contohnya






BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian sanad dan contohnya
Kata sanad menurut bahasa (السند) berarti sandaran atau sesuatu yang kita jadikan sandaran. Dikatakan demikian karena karena hadis bersandar kepadanya. Menurut istilah terdapat perbedaan rumusan pengertian sanad. Al-barru bin jama’ah dan at-tiby menyatakan bahwa sanad adalah

الاخبارعن طريق المتن
“berita tentang jalannya matan”.
Dengan redaksi yang berbeda, ada yang mendefinisikan sanad dengan:

سلسلة الرجال الموصلة للمتن
“silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadis) yang menyampaikannya kepada matan hadis.
Muhammad ajjaj al-khatib dalam bukunya Usul al-hadis Ulumuhu wa Mustalahuh menyatakan bahwa sanad adalah:

سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره الأول
“silsilah para perawi yang menukilkan hadis dari sumbernya yang pertama”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sanad adalah para perawi yang terdapat sebelum matan hadis.
Berikut ini contoh-contoh Sanad:
Contoh pertama :

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِد قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ,عَنْ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي الخَيْرِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ: تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ.

“Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (imam Bukhari), ia berkata : Al-Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-Khair, dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa seorang lelaki bertanya pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam:“Manakah islam yang paling baik?”
Beliau menjawab : “Memberikan makanan, dan membaca salam pada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”(HR. Bukhari).

         Dari contoh di atas yang disebut sanad adalah : Abul Khair, Umar bin Khalid, Al-Laits, Yazid, Abul Khair, dan Abdullah bin ‘Amr.
Artinya Abdullah bin ‘Amr mendapatkan hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Lalu hadits itu disampaikan kepada Abul Khair lalu kepada Yazid lalu kepada Al-Laits lalu kepada Umar bin Khalid lalu kepada penulis hadits yakni imam Al-Bukhari.

Contoh kedua:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ : : أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ, عَنْ ابْنِ شِهَابٍ,  عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ،   عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الحَيَاءِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دَعْهُ فَإِنَّ الحَيَاءَ مِنَ الإِيمَانِ

“Abdullah bin Yusuf telah menceritakan hadits kepadaku (imam Bukhari), ia   berkata : Malik bin Anas mengabarkan padaku (Abdullah bin Yusuf), dari Ibnu Syihab, dari Salim bin Abdullah, dari bapaknya, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melewati seorang lelaki dari anshar yang sedang memberikan nasehat pada saudaranya tentang rasa mali
Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tinggalkanlah dia karena sesungguhnya rasa malu merupakan bagian dari iman.”(HR. Bukhari)

            Dari contoh di atas yang disebut sanad adalah : Abdullah bin Yusuf, Malik bin Anas, Ibnu Syihab, Salim bin Abdullah, dan bapaknya Salim (AbdullahbinUmar).Artinya Abdullah bin Umar mendapatkan hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Lalu hadits itu disampaikan kepada anaknya yakni Salim bin Abdullah lalu kepada Ibnu Syihab lalu kepada Malik bin Anas lalu kepada Abdullah bin Yusuf lalu kepada penulis hadits yakni imam Al-Bukhari.

           Sanad berfungsi untuk mengetahui derajat kesahihan suatu hadits. Apabila ada cacat dalam sanadnya baik itu karena kefasikannya, lemahnya hafalan, tertuduh dusta atau selainnya maka hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat hadist sahih.
Pengertian Matan dan Contohnya
Kata matan menurut bahasa (المتن) yang berarti tanah yang keras dan tinggi. Sedangkan menurut istilah
مَا يَنْتَهِي إِلَيْهِ السَّنَدُ مِنَ الْكَلَامِ
“Kalimat setelah berakhirnya sanad suatu hadits”.
Dalam artian, apabila rantai sanad telah disebutkan maka setelah itu adalah matannya. Atau dengan kata lain matan adalah redaksi hadis itu sendiri.
Berikut contoh-contoh matan:
Contoh pertama:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ المُسْنَدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو رَوْحٍ الحَرَمِيُّ بْنُ عُمَارَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ وَاقِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال : أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Musnadi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Rauh Al Harami bin Umarah berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Waqid bin Muhammad berkata; aku mendengar bapakku menceritakan dari Ibnu Umar,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah”(HR. Bukhari).
  
Dari contoh diatas yang disebut matan adalah “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah”.




Contoh kedua:

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ أَبُو الرَّبِيعِ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال : آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi’ berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir Abu Suhail dari bapaknya dari AbuHurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.”(HR. Bukhari).
Dari contoh diatas yang disebut matan adalah “Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat”.
Pengertian Rawi dan Contohnya
 
Kata rawi yang bentuk jamaknya “ruwah” berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadis (naqil al-hadis), dan perbuatannya menyampaikan hadis tersebut dinamakan ar-riwayat (meriwayatkan) hadis. Menurut istilah ar-riwayat adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran hadis itu kepada rangkaian periwayatnya dengan bentuk-bentuk tertentu.
Orang yang telah menerima hadis dari seorang periwayat, tetapi dia tidak menyampaikan hadis itu kepada orang lain, maka ia tidak dapat disebut sebagai orang yang telah melakukan periwayatan hadis. Seandainya orang tersebut menyampaikan hadis yang telah diterimanya kepada orang lain, tetapi ketika menyampaaikan hadis itu dia tidak menyebutkan rangkaian para periwayatnya, maka orang tersebut juga tidak dapat dikatakan sebagai orang yang telah melakukan periwayatan hadis.
Jadi ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayatan hadis, yaitu (1) kegiatan menerima hadis dari periwayat hadis, (2) kegiatan menyampaikan hadis itu kepada orang lain, (3) ketika hadis itu disampaikan susunan rangkaian periwayatnya disebutkan.
Berikut contoh-contoh rawi atau periwayat hadits dari beberapa tingkatan :
Periwayat hadits dari tingkatan sahabat : Abu Hurairah, Aisyah, Anas bin Malik dll.
Periwayat hadits dari tingkatan tabiin : Umayyah bin Abdullah bin Khalid, Sa’id bin Al-Musayyab, dll.
Periwayat hadits dari tingkatan mudawwin : Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam An-Nasa’iy, Imam Ahmad, dll

Berikut contoh sanad, matan dan rawi dalam hadis

حَّدَّ ثنا مُحَمَّدُ بْنُ اْلُمثَنَّى قَا لَ: حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اْلوَهَا بِ الَّثَقِفيُّ قَا لَ : حَدّثَنَا أَيُّوْبَ عَنْ اَبِى قِلاَ بَةَ عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَا لِكٍ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَا لَ: ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَ وَةَ الْإ يْمَا نِ, أَ نْ يَكُوْ نَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ اْلمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلآَّ لِلّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَ فَ فِى النَّاِر…روه اه البخارى
Artinya: Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad Al-Mutsniy, katanya “ Telah meriwayatkan kepada kami Abdul Wahab Al-Tsaqafiy, katanya,telah meriwayatkan kepada kami Ayyub dari Qilabah dari Anas dari Nabi SAW. Bahwa beliau bersabda, ada ketiga hal, yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, orang itu akan merasakan manisnya iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya. Hendaknya ia mencintai orang (lain) hanya karena Allah. Dan hendaknya ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila dilemparkan kepada neraka.” (HR. Bukhari).
Contoh diatas yang termasuk sanad:
حَّدَّ ثنا مُحَمَّدُ بْنُ اْلُمثَنَّى قَا لَ: حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اْلوَهَا بِ الَّثَقِفيُّ قَا لَ : حَدّثَنَا أَيُّوْبَ عَنْ اَبِى قِلاَ بَةَ عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَا لِكٍ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad Al-Mutsniy, katanya “ Telah meriwayatkan kepada kami Abdul Wahab Al-Tsaqafiy, katanya,telah meriwayatkan kepada kami Ayyub dari Qilabah dari Anas dari Nabi SAW.
Contoh diatas yang termasuk matan:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَ وَةَ الْإ يْمَا نِ, أَ نْ يَكُوْ نَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ اْلمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلآَّ لِلّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُقْذفَ فِى النَّارِ.
 Ada ketiga hal, yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, orang itu akan merasakan manisnya iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya. Hendaknya ia mencintai orang (lain) hanya karena Allah. Dan hendaknya ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila dilemparkan kepada neraka.
Contoh diatas yang termasuk rawi:
روه اه البخارى
(HR. Bukhari).





























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Unsur – unsur hadis ada tiga yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah berita tentang jalannya matan dan terletak diawal hadis, sedangkan matan adalah pembicaraan atau materi berita yang diover oleh sanad yang terakhir atau bisa juga dikatakan isinya hadis dan terletak ditengah yaitu setelah sanad, sedangkan rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan hadist dalam suatu kitab apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (guru) dan terletak diakhir yaitu setelah matan.





























DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mahmud Ath-Thahhaan. Taisir Mustalahah Alhadist.

Ad-din Jalal Abd Ar-Rahman Ibn Abu Bakar as-Suyuti. 1988. Tadrib Ar-Rawi Taqrib An-Nawawi. Beirut: Dar Al-Fikr.

Zuhri Ahmad. 2014. Ulumul Hadist. Medan. Cv Manhaji.

Syuhudi Muhammad Ismail. 1995. Jakarta. Bulan Bintang.

https://eduayas.wordpress.com/2017/12/10/10-contoh-hadist-dengan-sanad-dan-rowi/

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "UNSUR – UNSUR HADIST"

Posting Komentar