MAKALAH
SHALAT-SHALAT
SUNNAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Fiqh Ibadah
Dosen Pengampuh : H. Sudirman, M.A
OLEH
:
KELOMPOK
10
NURUL
HIKMAH 19.1200.010
HASPIANA 19.1200.012
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2020
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, sehingga kami dari tim penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “SHALAT-SHALAT
SUNAH” dengan baik meskipun masih banyak
terdapat kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak H. Sudirman, M.A selaku dosen pangampuh mata kuliah fiqh ibadah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari
semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Soppeng,
12 Mei 2020
Penyusun,
Kelompok
10
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Shalat tarwih dan pelaksanaanya........................................................................ 2
B. Shalat idul fitri dan idul adha............................................................................. 4
C. Shalat malam dan keutamaannya........................................................................ 8
D.
Shalat
dhuha...................................................................................................... 10
E.
Shalat
istikharah................................................................................................ 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................... 14
B.
Saran.................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita
sebagai ummat muslim diwajibkan mendirikan sholat, karena sholat itu tiang agama. Sholat itu merupakan
penopang yang akan menentukan berdiri atau tidaknya agama
dalam diri masing – masing ummat muslim. Sholat itu
sendiri terbagi menjadi dua macam, yang pertama sholat wajib
yakni sholat yang diwajibkan bagi setiap muslim untuk mendirikannya.
Yang kedua sholat sunnah yakni sholat yang hukumnya sunnah.
Sholat sunnah pun dibagi menjadi dua macam yakni sholat sunnah mu’akat dan ghairu mu’akad. Mu’akad artinya dianjurkan, jadi sholat
sunnah itu ada yang dianjurkan untuk ummat muslim
melaksanakannya, ada juga sholat sunnah yang tidak
dianjurkan melaksanakannya, tapi sebagaimana hukumnya
sunnah bila dikerjakan berpahala ditinggalkan tidak
apa-apa. Walau demikian kita sebagai ummat muslim tentu ingin meningkat amalan ibadah dan ketakwaan kita.
Dengan
semakin banyak kita mengerjakan sholat sunnah tanpa melihat itu dianjurkan atau tidaknya akan menambah
amalan kita di hadapan Allah Subhana Wata’ala. Dan disini
pemakalah ingin membahas tentang shalat sunnah dan
macam-macam shalat sunnah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud shalat tarwih dan bagaimana pelaksanaan shalat tarwih?
2.
Apa
yang dimaksud shalat idul fitri dan shalat idul adha?
3.
Apa
yang dimaksud shalat malam dan bagaimana keutamaannya?
4.
Apa
yang dimaksud shalat dhuha?
5.
Apa
yang dimaksud shalat istikharah?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui penjelasan tentang shalat tarwih dan bagaimana pelaksanaannya
2.
Untuk
mengetahui penjelasan tentang shalat idul fitri dan shalat idul adha
3.
Untuk
mengetahui penjelasan tentang shalat malam dan bagaimana keutamaannya
4.
Untuk
mengetahui penjelasan tentang shalat dhuha
5.
Untuk
mengetahui penjelasan tentang shalat istikharah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Shalat Tarwih dan Pelaksanaannya
Shalat
tarawih ( shalat tarwih ) adalah shalat malam yang dikerjakan pada bulan
ramadhan, shalat tarwih hukumnya sunnat muakkad, dapat dilaksanakan secara
munfarid ( sendiri ) atau secara berjamaah. Shalat tarawih dilakukan sesudah
shalat isya’ sampai waktu fajar. Bilangan rakaat dalam pelaksanaan shalat
tarawih 8 hingga 20 rakaat. Istidlal tentang shalat tarawih berdasarkan
Hadits sahih riwayat Bukhari & Muslim (muttafaq alaih)
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا
وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa
menegakkan ramadhan ( shalat tarawih ) dalam keadaan beriman dan mengharap
balasan dari Allah SWT, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”[1]
Hukum Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat khusus pada malam bulan Ramadhan yang
dilaksanakan setelah shalat Isya’ dan sebelum shalat witir. Hukum melaksanakan
shalat tarawih adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan perempuan, di antaranya
berdasarkan hadits yang disebutkan di atas. Anjuran shalat tarawih
juga tertuang dalam hadits lain dengan redaksi yang berbeda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ
فِيهِ بِعَزِيمَةٍ
فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Dari Abi
Hurairah radliyallahu ‘anh Rasulullah gemar menghidupkan bulan
Ramadhan dengan anjuran yang tidak keras. Beliau berkata: ‘Barangsiapa yang
melakukan ibadah (shalat tarawih) di bulan Ramadhan hanya karena iman dan
mengharapkan ridha dari Allah, maka baginya di ampuni dosa-dosanya yang telah
lewat” (HR Muslim).[2]
Tata Cara Sholat
Tarawih
Dikerjakan setelah sholat isya dengan bacaan dan gerakan
yang sama dengan shalat yang lain, akan tetapi ada perbedaan pada niatnya. Sholat tarawih
ada yang melaksanakan bilangan sholat tarawih itu 20 rakaat berikut sholat
witir 3 rakaat. Ada pula yang melaksanakan sholat tarawih itu 8 rakaat berikut witir
3 rakaat. Setelah sholat tarawih selesai dilanjutkan dengan dengan mengerjakan
sholat witir 3 rakaat. Sholat sunat witir ini boleh dikerjakan 3 rakaat salam
(3 rakaat sekaligus, tanpa tasyahud awal) , atau pertama dikerjakan 2 rakaat,
kemudian 1 rakaat. Cara pelaksanaan sholat tarawih sama dengan cara pelaksanaan sholat
fardhu, baik gerakan maupun bacaannya. Perbedaan hanya pada niat.[3]
Niat Sholat Tarawih
اصلى سنة التراويح ركعتين ماموما لله تعا لى
USHALII SUNNATAT TARAAWIIH RAK’ATAINI MA’MUUMAN LILLAHI TA’AALAA.
Artinya : “Aku (niat) shalat sunat tarawih 2 rakaat mengikuti imam, karena Allah Ta’ala.”
Artinya : “Aku (niat) shalat sunat tarawih 2 rakaat mengikuti imam, karena Allah Ta’ala.”
Jika shalat sendiri, maka kata MA’MUUMAN (mengikut imam)
dihilangkan. Sedangkan jika menjadi imam, maka kata MA’MUUMAN diganti dengan IMAAMAN (menjadi
imam). Di samping itu, dalam shalat tarawih surat yang dibaca setelah
Al-Fatihah sebaiknya adalah:
a.
Malam
tanggal 1 sampai pertengahan Ramadhan
Setap
rakaat pertama dibaca satu surat dari surat-surat berikut secara berurutan,
yaitu : At- Takaatsur, Al-‘Ashr, Al-Humazah, Al-Fiil, Quraisy, Al-Maa’uun,
Al-‘Kautsar,. Al-Kaafiruun, An-Nashr dan Al-Lahab. Sedangkan setiap rakaat
kedua dibaca surat Al-Ikhlash.
b.
Malam
pertengahan sampai akhir Ramadhan
Setiap rakaat pertama dibaca surat Al-Qadr. Sedangkan setiap rakaat
kedua dibaca satu surat dari surat-surat berikut secara berurutan, yaitu:
At-Takaatsur, Al-Ashr, Al-Humazah, Al-Fiil, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar,
Al-Kaafiruun, An-Nashr dan Al-Lahab.
Jika tidak mampu membaca surat-surat tersebut di atas, maka bacalah
surat-surat yang telah dikuasai, karena pada dasarnya dalam membaca surat ini
tidak ada aturan khusus.
B.
Shalat Idul Fitri dan Idul Adha
Shalat idul fitri adalah salah satu shalat yang hanya dikejakan saat
perayaan hari raya idul fitri. Shalat idul fitri berbeda dengan shalat sunnah
lainnya seperti shalat
dhuha, shalat tahajud, shalat
witir dan shalat
wajib dalam hal cara melaksanakan. Shalat idul fitri
dilaksanakan pada pagi hari saat hari raya idul fitri dan umat islam akan
beramai-ramai mengunjungi mesjid atau lapangan untuk melaksanakan shalat idul
fitri secara berjamaah.
Shalat idul fitri dilaksanakan pada hari raya idul fitri tanggal 1
Syawal. Berbeda dengan shalat idul adha yang dilakukan pada waktu pagi dan lebih
awal, shalat idul fitri dilaksanakan lebih akhir sekitar pukul 7-8 karena
setelah idul fitri tidak ada pelaksanaan penyembelihan hewan kurban.[4]
Idul Adha adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini
diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim, yang bersedia untuk
mengorbankan putranya untuk Allah, kemudian sembelihan itu digantikan oleh-Nya
dengan domba.
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan
salat Ied bersama-sama di tanah lapang atau di masjid, seperti ketika merayakan
Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk
memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai
pengganti putranya.
Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis
70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik
diharamkan puasa bagi umat Islam.[5]
Hukum melaksanakan kedua shalat ‘Id ini sama,
yakni sunnah muakkadah (yang dikuatkan/penting sekali). Sejak
disyariatkannya shalat ‘Id ini, Rasulullah Saw. tidak pernah meninggalkannya. Kedua
shalat hari raya tersebut pada prinsipnya sama dalam hal tata caranya, kecuali
niat dan waktunya yang berbeda. Jumlah rakaat keduanya juga sama, yaitu dua
rakaat. Waktu melaksanakan shalat ‘Idain ini adalah sejak terbit matahari
sampai tergelincir matahari.
Persiapan Shalat Idul Fitri
1.
Mandi
dan mensucikan diri
Sebelum melaksanakan shalat idul fitri hendaknya kita
mandi dan mensucikan diri. Jangan lupa untuk berwudhu sebelum berangkat menuju
tempat shalat. Terkadang seseorang lupa untuk mengambil wudhu terutama wanita
yang memakai make up setelah mandi. Jangan lupa bahwa wudhu adalah salah satu
syarat sahnya shalat.
2. Memakai pakaian terbaik
Saat hendak melaksanakan shalat idul fitri, sebaiknya
kita menghias diri dan memakai pakaian terbaik. Pria juga dianjurkan untuk
memakai wangi-wangian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika shalat Idul Fithri dan Idul
Adha dengan pakaiannya yang terbaik.
3. Makan
Sebelum melaksanakan shalat id kita dianjurkan
untuk makan dipagi hari dan hal inilah yang membedakan shalat idul fitri dengan
shalat idul adha dimana saat sebelum shalat idul adha kita tidak dianjurkan
untuk makan hal ini dimaksudkan bahwa pada hari raya idul fitri umat islam
tidak lagi melakukan ibadah puasa seperti sebelumnya pada bulan ramadhan. Sebagaimana hadist Rasullullah SAW
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى
يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى
يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan
terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau
tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau
menyantap hasil qurbannya.”
4. Berjalan kaki dan menempuh jalan yang
berlainan
Yang dinaksud dengan menempuh jalan
yang berlainan adalah saat pergi dan pulang shalat idul fitri hendaknya kita
melewati jalan yang berbeda hal ini dimaksudkan supaya saat pergi maupun pulang
kita lebih banyak bertemu dengan orang-orang yang juga melaksanakan shalat id
dan saling berminal aidzin. Pergi menuju tempat shalat
id juga dianjurkan untuk berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan kecuali
jika ada halangan atau hajat. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh ibnu
Jabir :
كَانَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau lewat jalan yang berbeda
ketika berangkat dan pulang.
5. Melafalkan takbir
Saat sebelum melaksanakan shalat id
sebaiknya kita melafalkan kalimat takbir kepada Allah SWT sebagai tanda bahwa
kita gembira menyambut hari raya idul fitri
Kalimat takbir adalah sebagai berikut :
Kalimat takbir adalah sebagai berikut :
اللَّهُ
أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ
أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah
wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahi ilhamd (Allah Maha Besar, Allah Maha
Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah,
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya)[6]
Niat Shalat Idul Fitri dan Idul Adha
Berikut ini adalah lafal niat yang dibaca oleh imam shalat Idul Fitri.
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ
إِمَامًا للهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan li Idil Fitri
rak‘atayni mustaqbilal qiblati imāman
lillāhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku
menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat,
tunai sebagai imam karena Allah SWT.”
Adapun
berikut ini adalah lafal niat yang dibaca oleh makmum shalat Idul Fitri.
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ
مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak‘atayni
mustaqbilal qiblati ma’mūman lillāhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku
menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat,
tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”
اُصَلِّى سُنُّةً عِيْدِ الْاَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ
مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى
Usholli
sunnatan 'iidil adhaa rok'ataini mustaqbilal qiblati ma'muuman lillaahi
ta'aalaa
Artinya: "Saya niat sholat sunnah Idul Adha dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala".
Artinya: "Saya niat sholat sunnah Idul Adha dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala".
Tata Cara Shalat Idul Fitri dan Idul Adha
Shalat Ied hampir sama cara pelaksanaannya seperti shalat wajib
atau shalat sunnah hanya saja terdapat sedikit perbedaan. Shalat Ied dilaksanakan
dua rakaat secara berjamaah dan tidak ada adzan maupun iqamat untuk
mengawalinya. Berikut adalah penjabarannya
1.
Dimulai
dengan takbiratul ihram sebagaimana shalat lainnya
2.
Bertakbir
sebanyak 7 kali selain takbiratul ikhram dan dengan melafadzkan kalimat takbir.
Diantara takbir-takbir tersebut hendaknya membaca kalimat
سُبْحَانَ
اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ .
“Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu
akbar. (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang
benar untuk disembah selain Allah).
3.
Membaca
Alfatihah kemudian membaca surat lainnya pada rakaat pertama
4.
Kemudian
lakukan gerakan shalat seperti pada shalat umumnya yakni ruku, itidal dan sujud.
5.
Setelah
bangkit dan masuk rakaat kedua, bertakbir sebanyak lima kali dan dengan lafadz
yang sama seperti rakaat pertama.
6.
Membaca
surat Alfatihah dan surat lainnya.
7.
Selanjutnya
lakukan gerakan shalat sebagaimana biasanya sampai tahyat akhir dan salam
Setelah shalat ied boleh khotib akan menyampaikan khutbah atau
ceramah, jamaah boleh mengikuti khutbah ini dan mendengarkan namun juga boleh
meninggalkan jika memiliki kepentingan. Sebagaimana hadits Rasullullah SAW
إِنَّا
نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ
أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
“Aku
saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan
khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi. (HR Abdullah Said)
C.
Shalat Malam dan Keutamaannya
Shalat sunnah tahajud dalam Bahasa Arab disebut shalatun lail yang
memiliki arti shalat malam. Untuk itu shalat tahajud adalah shalat
sunah yang dilakukan pada waktu malam hari. Shalat
tahjud adalah shalat sunah yang di kerjakan setelah tidur pada malam hari
antara waktu solat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang subuh). Kalau
sudah ketahui waktu melakukan ibadah ini dari waktu isya sampai waktu subuh,
sedang sepanjang malam ini ada saat utama, lebih utama dan paling utama, maka
waktu malam yang panjang itu dapat kita bagi menjadi tiga bagian: sepertiga
pertama, yaitu kira-kira dari jam 19 sampai dengan jam 22, ini saat utama,
sepertiga kedua, yaitu kira-kira dari jam 22 sampai jam 1, ini saat yang paling
utama, dan sepertiga ketiga yaitu kira-kira dari jam 1 sampai dengan masuknya
subuh, ini adaah saat yang paling utama. Jumlah rakaat paling sedikit dua
rakaat dan paling banyak tidak dibatasi.[7]
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ
رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
Tata cara melakukan sholat tahajud malam sama seperti sholat sunah
umumnya, yang berbeda hanya niatnya.
Niat
dan tata cara sholat tahajud
1.
Sebelum
mengerjakan sholat tahajud, bacalah niat sholat tahajud berikut ini:
اُصَلِّى
سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
"Ushallii sunnatan
tahajjudi rak'ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta'alla."
Artinya: "Aku niat
sholat sunat tahajud 2 rakaat, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."
2.
Setelah
membaca niat sholat tahajud, lakukan sholat 2 rakaat dengan 2 kali sujud dan 1
kali salam. Kemudian lakukan pengulangan sholat 2 rakaat jika ingin mengikuti
kebiasaan Rasulullah SAW.
3.
Zikir dan
doa. Tidak ada kewajiban untuk membaca doa tertentu setelah menjalankan sholat
tahajud. Lakukanlah zikir dan doa untuk berserah diri kepada Allah SWT dan
memohon ampunan dan petunjuk-Nya.[8]
Keutamaan Shalat Tahajjud
1.
Pembuka pintu surga
Banyak jalan untuk menuju surga Allah SWT,
pintu-pintu surga terbuka bagi hamba-hamba yang berhasil meraup timbangan amal
yang baik dan bernilai di hadapan Allah SWT. Salah satu
pintu itu adalah shalat tahajud.
2.
Menepis
kegundahan dalam jiwa
Manusia merupakan makhluk yang bergantung pada Allah. Semua yang
manusia lakukan, di manapun dia berada, apa pun isi hatinya, hanya Allah yang
tahu. Tak ada yang bisa disembunyikan dari Allah SWT, bahkan bisikan terhalus
dari hati dan pikirannya. Semua rasa takut, gelisah dan gundah yang hadir di
hati seseorang, bisa dengan mudah Allah gantikan dengan ketenangan dan
ketentraman. Semua itu, bisa terwujud dengan mendirikan shalat tahajud.
3.
Mendatangkan
kemuliaan dan kewibawaan
Selain mendapatkan kedudukan mulia di akhirat kelak, orang-orang
yang ahli shalat tahajud juga akan mendapatkan kedudukan yang mulia di dunia.
Allah akan memberinya kemuliaan dan kewibawaan.
وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْـمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ
“Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan
kewibawaan seorang mukmin itu ada pada shalat malamnya” (HR. Hakim)
4.
Penghapus
dosa
Kita semua berharap menjalani kehidupan di dunia ini
dengan membawa bekal amal sholeh yang berlimpah. Namun, tak dipungkiri,
dosa-dosa kecil maupun besar seringkali kita lakukan, bahkan tanpa disadari.
Oleh karena itu, kita tidak boleh berhenti melakukan amalan agar dosa-dosa kita
terhapuskan. Salah satu amalan tersebut adalah mendirikan shalat tahajud.
5.
Menjaga kesehatan tubuh
Bangun di sepertiga
malam, berwudu dan mendirikan shalat memberikan efek luar biasa bagi tubuh
manusia. Bagi penderita diabetes, shalat tahajud bisa menekan kandungan
kortisol dalam tubuh. Kortisol memiliki manfaat untuk meningkatkan kandungan
gula darah dengan cara merangsang metabolisme karbohidrat.
Menjalankan shalat tahajud juga berdampak penting bagi
otak manusia. Pada waktu sepertiga malam, otak manusia akan melepaskan
serotonin, beta endorsin, dan melatonin. Lepasnya ketiga zat tersebut akan
membuat seseorang merasa lebih tenang sampai homeostasis terbangun.[9]
D. Shalat
Dhuha
Shalat
dhuha ialah shalat sunnah yang dilakukan orang Islam pada waktu ketika matahari
dalam posisi sedang naik, kurang lebih tujuh hasta sejak terbitnya matahari
(kisaran jam tujuh pagi) hingga sampai pada waktu shalat dzuhur. (tergantung
letak geografis dimana kita berada). Pelaksanaan
shalat dhuha ini, minimal adalah dua rakaat, boleh juga dikerjakan empat, enam atau delapan
rekaat. Tetapi pada ada yang mengatakan duabelas rakaat sesuai hadis nabi
berikut:
عَنْ اَنَسٍ قَالَ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صلَّى
الضُّحَى اثْنَتٰى عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًافِى
الْجَنَّةِ * رواه الترمذى وابن ماجه
“Dari Annas,
“Nabi Saw. berkata, ‘Barang siapa salat Dhuha dua belas rakaat, Allah akan
membuatkan baginya istana disurga’.”H.R. Tirmidhi dan Ibnu Majjah.
Adapun untuk melaksanakannya adalah sama seperti
dengan shalat sunnah pada umumnya.
Dalam
hadits dijelaskan, bahwa shalat dhuha ini juga mempunyai sebutan lain yakni
shalat awwaab atau awwaabiin yakni shalatnya orang-orang yang
taat atau tunduk. Disebut demikian karena permulaan waktu shalat yang
dijelaskan dengan istilah bangkitnya anak-anak unta karena panasnya terik
matahari di pagi hari.[10]
Niat
dan Cara Melaksanakan Shalat Dhuha
أصلي سنة الضحى ركعتين لله تعالى
Ushallii
sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat
shalat dhuha 2 rakaat karena ALLAH SWT”
Untuk tata cara
pelaksanaan shalat dhuha ini adalah seperti shalat sunnah biasa yang jumlah
minimalnya terdiri dari dua rakaat dan satu salam. Sedangkan untuk jumlah
maksimalnya bisa empat, delapan atau dua belas rekaat. Artinya, cara seperti
ini tidak berbeda dengan shalat-shalat sunnah yang lainnya.
Keutamaan Shalat Dhuha
Di antara
keutamaannya itu adalah, pertama, sebagai pengganti sedekah anggota badan.
Manusia memiliki 360 sendi, yang setiap sendinya hendaknya dikeluarkan sedekah
pada setiap harinya. Tentu, hal ini merupakan pekerjaan yang sangat sulit untuk
dilaksanakan. Akan tetapi, Rasulullah SAW menawarkan solusi praktis untuk
mengatasi itu semua, yaitu dengan menggantinya dua rakaat shalat dhuha.
Kedua,
dibangunkan istana dari emas. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa
shalat dhuha 12 rakaat, maka Allah SWT akan membangunkan baginya istana dari
emas di surga." (HR Ibnu Majah).
Ketiga,
diampuni dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menjaga
shalat dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di
lautan." (HR Ibnu Majah).
Keempat, dicukupi
kebutuhan hidupnya. Dalam hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, "Wahai anak
Adam, rukuklah (shalatlah) karena Aku pada awal siang (shalat dhuha) empat
rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)-mu sampai sore hari." (HR
Tirmidzi).
Kelima,
mendapat pahala setara ibadah haji dan umrah. Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa yang shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berzikir untuk
Allah sampai matahari terbit kemudian (dilanjutkan dengan) mengerjakan shalat
dhuha dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah, sepenuhnya,
sepenuhnya, sepenuhnya." (HR Tirmidzi).
Keenam, masuk
surga melalui pintu dhuha. Sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya di surga
kelak terdapat pintu yang bernama adh-Dhuha, dan pada hari kiamat nanti akan
terdengar panggilan, di manakah orang-orang yang melanggengkan shalat dhuha,
ini adalah pintu kalian masuklah kalian dengan rahmat Allah SWT." (HR
Thabrani).[11]
E.
Shalat Istikharah
Salat
Istikharah (Arab: صلاة الاستخارة ) adalah salat sunnah yang
dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah oleh mereka yang berada di antara beberapa pilihan dan merasa
ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal. Sholat sunnah istikharoh adalah sholat
sunnah ketika kita dihadapkan pada dua pilihan, fungsinya adalah kita minta di
bulatkan hati kepada Allah SWT tentang suatu perkara yang kita pilih dari dua
perkara.[12]
Pada dasarnya
salat istikharah dapat dilaksanakan kapan saja namun dianjurkan pada waktu
sepertiga malam terakhir. Nabi Muhammad menjelaskan jika umatnya memiliki
keinginan atau memilih keputusan yang terbaik maka disunnahkan untuk melakukan
salat ini. Penguatan untuk melaksanakan sholat istikharah juga terdapat dalam
hadist Nabi SAW, “Tidaklah rugi orang yang beristikharah, dan tidaklah
menyesal orang yang bermusyawarah.” (HR.Thabrani).
Niat
Shalat Istikharah
Segala amal bergantung
pada niatnya. Begitupula dengan shalat istikharah. Sholat ini memiliki lafadz
niat sendiri yang akan memantapkan hati untuk melaksanakan sholat. Lafadz dari
niat sholat istikharah adalah sebagai berikut,
أُصَلِّيْ
سُنَّةَ الاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
“Ushollii sunnatal
istikhooroti rok’ataini lillaahi ta’aalaa”.
Artinya, “Aku berniat melaksanakan shalat sunnah istikharah dua rakaat
karena Allah Ta’ala.”
Tata
Cara Shalat Istikharah
Pada umumnya, seluruh
ulama menyepakati bahwa tata cara shalat istikharah sama halnya dengan shalat
sunnah pada umumnya. Seperti shalat
dhuha, shalat
hajat, shalat
tahajud dan shalat sunnah lainnya.
Yang penting niat sudah terlafadzkan dan sudah dimantapkan dari awal
untuk melaksanakan shalat istikharah.Yang juga jauh lebih penting adalah
memanjatkan doa atas masalah yang tengah dihadapi sehingga butuh tuntunan untuk
membuat keputusan atas sebuah pilihan, sebagaimana hadist Nabi SAW,
Dari Jabir bin Abdullah Ra, berkata, “Rasulullah mengajarkan kepada kami cara mengerjakan
shalat istikharah dalam segala urusan, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kami
Surat Al Qur’an.”
Rasulullah bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian hendak melakukan
sesuatu, hendaklah terlebih dahulu mengerjakan shalat dua rakaat selain shalat
fardlu, lalu berdoa: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu
dengan ilmu-Mu…”[13]
Meskipun tidak
menjadi kewajiban, tetapi disarankan untuk membaca surat al-kafirun pada
raka’at pertama dan membaca surat al-ikhlas pada rakaat kedua.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diantara banyak macam
sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ada sholat-sholat
sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, ada pula
yang dilaksanakan berjamaah ataupun secara munfarid. Namun tetap dilaksanakan oleh
Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam sedunia. Dari semua sholat sunnah
pada intinya atau kesimpulannya Shalat sunnah dilakukan untuk menambah atau menutupi kekurangan –
kekurangan ibadah wajib.
B.
Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak mengalami
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan
tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan banyak-banyak terimakasih
DAFTAR
PUSTAKA
duafa, D. (2020, Maret 6). Keutamaan Shalat
Tahajud yang Sayang Dilewatkan Siapa Saja. Diakses Mei 13, 2020, dari
https://zakat.or.id/keutamaan-shalat-tahajud/
Islam.com, D. (n.d.). halat Idul Fitri :
Pengertian, Hukum, Persiapan dan Cara Pelaksanaannya. Diakses Mei 12,
2020, dari https://dalamislam.com/shalat/shalat-idul-fitri
Madani. (2019, Mei 20). Sejarah dan hukum
pelaksanaan shalat tarawih. Diakses Mei 12, 2020, dari
https://www.madaninews.id/7073/sejarah-dan-hukum-dari-pelaksanaan-shalat-tarawih.html
makalah, K. (2016, Maret 18). Makalah tentang
shalat sunnah. Diakses Mei 13, 2020, dari
http://alifiastitmaa.blogspot.com/2016/03/makalah-tentang-sholat-sholat-sunnah.html
Mamikos.com. (2019, Juli 10). Pengertian,
Syarat, Hukum Dan Ketentuan Waktu Pelaksanaanya. diakses Mei 13, 2020, dari
https://mamikos.com/info/idul-adha-pengertian-syarat-hukum/
News, D. (2020, Maret 27). Niat Sholat Tahajud
Malam dan Keutamaannya . Diakses Mei 13, 2020, dari
https://news.detik.com/berita/d-4955593/niat-sholat-tahajud-malam-dan-keutamaannya
PAI, K. M. (2016, Oktober 8). sholat sunnah .
Diakses Mei 14, 2020, dari
http://iniblogzaens.blogspot.com/2016/10/sholat-sunnah.html
Parepare, P. A. (2013, April 23). Tata
cara,niat dan doa shalat tarwih. Diakses Mei 12, 2020, dari https://al-badar.net/shalat-tarawih/
post, B. (2020, Mei 12). panduan lengkap
shalat tarawih. Diakses Mei 12, 2020, dari
https://banjarmasin.tribunnews.com/2020/05/08/panduan-lengkap-sholat-tarawih-sholat-witir-bacaan-doa-kamilin-di-malam-ramadhan?page=4\
Qazwa. (2020, January 22). Shalat Istikharah :
Niat, Tata Cara, Doa, dan Waktu Tepat Shalat Istikharah. Diakses Mei 14,
2020, dari https://qazwa.id/blog/shalat-istikharah/
Republika. (2019, Juli 29). Keutamaan Shalat
Dhuha. Diakses Mei 14, 2020, dari
https://khazanah.republika.co.id/berita/pv4wg9458/keutamaan-shalat-dhuha
Untuk belajar lebih lengkap tentang hukum fiqih dan penerapannya, silahkan kunjungi: Konsultasifiqih terpercaya
Postingan terkait:
—
April 14, 2022
—
Add Comment
—
Fiqih Ibadah
Belum ada tanggapan untuk "Fiqih Ibadah: Shalat-Shalat Sunnah"
Posting Komentar